KEKAYAAN JAMBI DISEDOT HABIS? 10 TAHUN ASET ‘DIGARAP’, RAKYAT CUMA DAPAT BANJIR!
Oleh: Kang Maman & Andrew Sihite (0816.3278.9500) Jambi, 14 Juni 2025
JAMBI – Di saat Anda, sekali lagi, menguras air bah yang keruh dari dalam rumah, di saat anak-anak Anda terpaksa bermain di atas genangan penyakit, sadarkah Anda bahwa penderitaan ini bukanlah takdir? Ini adalah sebuah desain. Sebuah kejahatan sistematis yang laporannya kini tergeletak di meja Bareskrim Polri, Jakarta.
Ini bukan lagi soal satu proyek gagal. Ini adalah borok yang pecah dari penyakit kronis yang selama ini menggerogoti jantung Jambi. Laporan dari LBH Siginjai dan GAB Peduli yang menyeret nama Gubernur Al Haris, mantan Gubernur Hasan Basri Agus, hingga bos PT Putra Kurnia Properti, hanyalah puncak dari gunung es. Ini adalah pembongkaran sebuah modus operandi yang telah merajalela, resep paten untuk merampok daerah di depan mata kita semua.
Resep Jahat Itu Selalu Sama: Begini Cara Mereka Bekerja
Mari kita bedah resep busuk ini, agar Anda paham bagaimana nasib Anda dipermainkan:
- Pilih Aset Strategis: Ambil tanah milik rakyat yang paling berharga.
- Ciptakan ‘Proyek Suci’: Bungkus dengan janji manis “investasi” dan “pembangunan”.
- Tunjuk Langsung Kroni: Lupakan lelang. Berikan proyeknya kepada kawan sendiri tanpa kompetisi.
- Abaikan Kontrak & Setoran: Setelah proyek berjalan, lupakan kewajiban membayar kontribusi ke daerah. Biarkan keuntungan 100% masuk ke kantong pribadi. Selama satu dekade, diduga inilah yang terjadi. NOL BESAR untuk Jambi.
Hasilnya? Tanah kita digarap, kekayaan alam kita dikeruk, sementara pundi-pundi mereka semakin buncit. Mereka membangun istana, kita membangun tanggul penahan banjir seadanya. Mereka tertawa di ruangan ber-AC, kita menangis di tengah kepungan lumpur.
BANJIR BUKAN BENCANA ALAM, TAPI BENCANA KESERAKAHAN!
Tolong jangan lagi sebut ini “bencana alam”. Banjir yang berulang kali menerjang pemukiman Anda adalah buah dari pembangunan serampangan yang diduga kuat mengabaikan analisis lingkungan. Setiap jengkal tanah yang mereka bangun tanpa aturan adalah setiap liter air bah yang masuk ke rumah Anda.
Ini bukan lagi soal kerugian negara yang bisa dihitung kalkulator. Ini soal air mata yang bercampur lumpur. Ini soal masa depan anak-anak kita yang direnggut oleh monster keserakahan. Pelanggaran UU Lingkungan yang dilaporkan adalah bukti nyata: Keselamatan Anda tidak ada harganya bagi mereka.
MELAWAN ATAU TENGGELAM BERSAMA
Laporan ke Mabes Polri ini adalah momentum. Sebuah pemantik api yang disulut oleh keberanian segelintir orang di LBH Siginjai dan GAB Peduli. Organisasi seperti Perkumpulan L.I.M.B.A.H. Provinsi Jambi dan elemen masyarakat lainnya kini berdiri di garis depan. Tapi itu tidak cukup. Api ini akan padam jika hanya kami yang meniupnya.
Kita semua punya pilihan: terus mengeluh dalam diam sambil menunggu banjir berikutnya datang, atau bangkit bersama, mengawal kasus ini, dan berteriak sekeras-kerasnya di setiap sudut, di warung kopi, di media sosial, di mana saja! Tunjukkan pada mereka bahwa rakyat Jambi tidak bodoh dan tidak akan diam lagi.
Karena diam hari ini adalah tiket kita menuju penderitaan yang lebih dalam esok hari.
Pertanyaannya bukan lagi “mau sampai kapan?”, tapi “SIAPA LAGI YANG AKAN KITA BIARKAN MENJADI KORBAN SELANJUTNYA? ANDA? ANAK ANDA?”
CATATAN PENTING UNTUK PEMBACA
Tulisan ini merupakan bentuk kontrol sosial dan ekspresi keprihatinan dari penulis, Kang Maman dan Andrew Sihite, atas dugaan masalah tata kelola di Provinsi Jambi. Informasi mengenai dugaan tindak pidana bersumber dari laporan publik yang telah secara resmi dilayangkan ke Bareskrim Polri.
Kami menegaskan bahwa semua pihak yang namanya tercantum dalam laporan tersebut—termasuk Dr. H. Al Haris, H. Hasan Basri Agus, dan pihak PT Putra Kurnia Properti—memiliki hak hukum penuh dan harus dianggap tidak bersalah hingga proses peradilan membuktikan sebaliknya.
Artikel ini tidak bertujuan untuk menghakimi, melainkan untuk mendorong transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi publik dalam mengawal setiap kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.